Kamis, 07 Maret 2013

MEWUJUDKAN MASA DEPAN YANG LEBIH BAIK

Kesuksesan Rudhi Sujarwo di dunia perfileman (Foto : Elisa)

Untuk menjadi orang yang sukses seperti foto disamping?…., kalimat ini lebih banyak gampang dibaca daripada dimengerti apalagi untuk dipraktekan. Namun dari kalimat tersebut saya teringat nasihat orang yang bijak yang pernah saya kenal. Dia berkata “mas untuk menjadi orang sukses, manusia itu perlu mempunyai tiga kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual”. Meskipun  waktu  itu saya tidak memahami apa yang dikatakannya  dan setengah tidak percaya, karena berita maupun biografi dari beberapa orang yang terkenal sukses dalam hidup dan profesinya jarang sekali ada keterangan bahwa orang tersebut memiliki tiga kecerdasan tersebut.

Seiring dengan berjalannya waktu tuntutan menjadi orang yang sukses dan mapan dalam menjalani kehidupan ini, dimana kita bisa belajar banyak hal dengan akses yang luar bisaa banyak menjadi obsesi yang demikian besar seingga mendorong manusia untuk bisa melakukan apa saja agar mencapai status tersebut. Tuntutan dan melihat kemapanan orang lain , menjadikan  manusia untuk mencapa I hal tersebut kadang-kadang menghalalkan segala cara sehingga kalau perlu mengorbankan orang lain dalam mencapai. Ada istilah yang popular dan sering menjadi bahan bercanda dinatara saya dan teman-teman, yaitu kalau orang miskin berpikir hari ini makan apa, sedang orang kaya berpikir sekarang makan siapa.

 Akibat dari obsesi tersebut banyak orang khususnya di Indonesia, telah mencapai jabatan tinggi dengan tingkat kemapanan hidup terbilang sangat tinggi. Namun pencapaian tersebut justru dicapai dengan hal-hal buruk yang sekarang biasa disebut korupsi. Dan parahnya orang-orang  tersebut justru mempunyai tanggungjawab terhadap pemberantasan korupsi  itu sendiri. Dapat dibayangkan betapa sulitnya memberantas korupsi tersebut. Karena pelaku justru para manusia yang berseragam, terhormat dan menjadi pejabat Negara dibayar dari uang rakyat yang disetor lewat pembayaran yang disebut pajak.

Pertanyaannya adalah “apakah agama sudah dilupakan oleh mereka”. Ataukah mereka hanya ingat agama kalau mereka sholat atau lagi ikut pengajian. Ah jadi teringat satu orang lagi yang selalu menggebu-gebu kalau membicarakan kondisi saat ini dan pada akhirnya memberikan banyak inspirasi  sehingga saya tidak perlu susah payah membaca literature untuk mengetahui hal-hal yang menarik untuk disimak sebagai bahan menganalisa kondisi yang sedang terjadi saat ini. Dia mengatakan, “mas saat ini banyak masyarakat di sekitar kita ini kalau dipandang dari sudut agama gak ada celanya, namun prakteknya banyak dari mereka justru menyebabkan orang lain tidak dapat menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai orang yang taat Bergama”.  Sehingga kata dia lagi masyarakat kita saat ini “agama nomor satu, namun kelakuan nomor dua”

Kemudian saya berpikir apa yang salah, apakah memang antara agama dan perilaku hidup kita saat ini gak nyambung, atau memang sulitnya mencerna apa yang ada pada makna-makna yang ada dalam agama tersebut sehingga akan dianggap orang soleh kalau kita sudah dapat melaksanakan apa yang ada dalam rukun tersebut, namun lupa menerapkannya dalam kelakuan bersosial. Kesimpulannya adalah secara vertical sudah mendekati sempurna namun secara horinsontal masih jauh dari sempurna. Ironisnya ada angapan kalau mereka berbuat dosa misalnya korupsi, mereka merasa dapat menghapus dosanya kalau menyisihkan sebagian dari hasil korupsi  untuk berzakat dan bersedekah. He .. he… sungguh naïf sekali. Apalagi ada seorang ustadz yang cukup terkenal memanfaat kondisi dengan mengajak mereka untuk melakukan hal tersebut denga judul dahsyatnya zakat. Sehingga dengan melakukan hal tersebut seolah-olah apapun yang dilakukannya akan terhapus dosa-dosanya. Jadi teringat surat pengakuan dosa yang hanya bisa dibeli oleh orang-orang kaya.

Kembali kepertanyaan, apa yang salah? Yah …. Mereka orang yang pinter dan cerdas dan telah bekerja keras sehingga bisa mencapai kesuksesan yang tinggi. Kenapa begitu. Kenapa mereka tega melakukan hal tersebut meskipu n harus menyakiti dan membuat menderita banyak orang. Jawabannya adalah mereka belum mempunyai hati yang baik. Sehingga apa yang mereka lakukan dianggap sah-sah saja.

Kenapa banyak masyarakat kita belum mempunyai hati yang cukup baik dan tidak mampu mensinergikan dengan karunia Tuhan lainnya berupa kecerdasan dan kesehatan sehingga mereka bisa bekerja keras untuk meraih kesuksesan di dunia. Ya… mungkin karena untuk mempunyai hati yang baik itu karena tidak ada sekolahnya atau tidak ada lembaga yang menawarkan, kami bisa menghasilkan manusia yang berhati mulia.

Bagaimana di UP45 yang kita cintai ini, adakah program yang dapat  membuat seseorang berhasil mempunya tiga kecerdasan yang yang disebut diatas, sehingga dapat mencapai kesuksesan dengan pondasi hati yang mulia sehingga apabila dia menghasilkan sesuatu tidak hanya bermanfaat bagi dirnya namun juga bermanfaat bagi banyak orang dan lingkungannya.

UP45 sejak 2010 telah mencanangkan untuk membangun karakter para mahasiswanya mempunyai standart berskala internasional dengan mengembangkan system yang dipakai di 135 negara di dunia, yaitu dengan mengembangkan International Award for Young People (IAYP). Program ini menantang para pemuda untuk merencanakan hidupnya dengan dengan lima aktivitas.
1.       Keterampilan
2.       Rekreasi  fisik
3.       Aktivitas sosial
4.       Petualangan
5.       Ekspedisi

Tiga kegiatan teratas merupakan aktivitas yang harus rutin dilakukan sehingga para peserta bisa mepunyai kecerdasan kalau mereka mengasah keterampilannya,  mempunyai fisik kuat kalau mereka berolah raga dan mempunyai hati yang baik kalau mereka mempunyai aktifitas social. Program IAYP ini memberikan keseimbangan pada pembangunan karakter kepemudaan. Program Ini menyediakan kerangka kegiatan untuk mendorongkegiatan fisik, tantangan mental, ketekunan individu, kerja tim dan interaksi dengan orang lain. Sehingga diharapkan dimasa yang akan datang tersedia SDM yang tidak cerdas dan kuat namun juga mempunyai keikhlasan dalam menjalan amanah yang mereka emban.

Dan para peserta ini menjadi bagian dari suatu komunitas yang telah ada sejak tahun 1950 dengan alumni  mencapai ribuan orang yang tersebar diseluruh dunia. Suatu komunitas yang mempunyai persamaan karakter dalam kinerja, motivasi dan toleransi dalam mencapai prestasi. Pencapaian yang didasari dengan etikan dan estika yang tinggi.

Namun program ini bukan mengajak untuk melupakan agama sebagai cahaya penuntun hidup, malah program ini merupakan sisi penerapan kauniya agama itu sendiri. He..he… Kayak ustadz saja, memang siapa kamu…?

Namun program ini merupakan perpaduan antara mencapai kesuksesan di dunia dan selamat di akherat. Sehingga setiap anggotanya akan ditantang untuk merencanakan hidupnya (mencapai sukses) dengan melakukan keterampilan (mengasah kecerdasan intelektual), rekasi fisik (mengasaha kecerdasan emosional) dan melakukan pelayanan social (mengasah kecerdasan spiritual).

Di UP45 telah ada beberapa mahasiswa yang telah ikut program IAYP ini, komunitas ini telah melakukan aktivitas yang sifatnya Individual maupun berbareng dengan mengadakan kegiatan pada selasa, kamis dan sabtu setiap jam 8 pagi. Kegiatan ini merupakan merupakan kegiatan yang saling berhubungan, dimana pada kamis mereka menghasilkan tulisan dan mendapat bimbingan dalam menulis dari beberapa dosen dan orang yang berkopeten dibidang penulisan. Kemudian hasil tulisan ini akan dipresentasikan dan diskusi pada hari sabtu memakai bahasa inggris. Dan pada hari selasa didampingi agar karya mereka menjadi karya yang bisa dimuat di media atau bisa dijadikan proposal kegiatan yang mampu menghasilkan sesuatu manfaat. Disinilah kegiatan ini dilakukan agar mereka menjadi SDM yang bisaa disebut human social entrepreneurship. Insa’allah.

Ayo bergabung dengan komunitas ini, untuk bersama berinteraksi dan bersilahturami membangun masa depan yang lebih baik. (Toni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar