Kamis, 07 Maret 2013

FENOMENA TOM AND JERRY : Renungan Seorang Leader Terhadap Perilaku Peserta IAYP



Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta


Add caption
Mental kuat dalam menghadapi tangisan peserta IAYP (International Award for Young People) yang terputus kegiatannya dan harus mengulang lagi semenjak awal, adalah tantangan bagi para leader. Tantangan selanjutnya adalah kesediaan untuk meluangkan waktu mendampingi peserta dalam menjalankan seluruh rangkaian kegiatan IAYP. Definisi operasional meluangkan waktu bisa ditujukan bagi para peserta, maupun bagi para leader sendiri. Bagi peserta, meluangkan waktu berarti leader harus memotivasi peserta untuk terus melakukan kegiatan IAYP secara tekun dan jangan sampai terputus. Bagi para leader sendiri, meluangkan waktu berarti ia harus berani menjadi suri tauladan perilaku atau menjadi model. Jadi para leader sebenarnya juga harus mengikuti seluruh rangkaian kegiatan IAYP meskipun hal itu dilakukan secara informal.

Berbagai problem muncul dalam penyelesaian kegiatan IAYP. Problem itu bermuara dari kurangnya komitmen peserta dalam mematuhi jadwal yang dibuatnya sendiri, dan juga bisa muncul dari para leader. Problem yang muncul dari para leader adalah berkaitan dengan rasa frustrasi menghadapi peserta yang tidak patuh terhadap jadwalnya sendiri. Dampaknya adalah para leader merasa bahwa peserta menyepelekan jerih payah leader. Ketika hal itu terjadi maka para leader harus sering bertanya pada diri sendiri, “Untuk apa saya terlibat dalam kegiatan IAYP? Bukankah lebih menguntungkan secara nyata (finansial) bila saya terlibat dengan kegiatan pekerjaan utama daripada kegiatan IAYP yang sifatnya suka rela ini? Apabila peserta IAYP terputus kegiatannya sehingga mungkin karakternya terbentuk secara kurang ideal, apa peduli saya? Kalau peserta memang menginginkan hidupnya gagal serta tidak mau diatur hidupnya, bukankah itu salah mereka sendiri? Kalau peserta mau bekerjasama dan berkomunikasi dengan saya, maka saya bersedia membimbing mereka. Kalau mereka rendah komitmennya terhadap IAYP, mungkin lebih baik saya mengundurkan diri saja dari posisi sebagai leader. Bijaksanakah keputusan saya? Apakah saya juga akan mengundurkan diri dari posisi sebagai leader meskipun peserta yang saya hadapi adalah anak saya sendiri atau asisten saya yang terkasih (orang terdekat)?”.

KEGIATAN MENULIS DAN BAHASA INGGRIS DI UP45



Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Univesitas Proklamasi 45
Yogyakarta


Kegiatan Menulis di UP 45 (Foto : Elisa)
Kemampuan menuangkan ide dalam bentuk tulisan dan keberanian mengemukakan pendapat dalam bahasa asing terutama bahasa Inggris adalah modal utama bagi mahasiswa untuk sukses dalam dunia kerja. Kemampuan menulis penting karena mahasiswa sering kali mempunyai ide berlian, namun ide itu sayangnya hanya berada di dalam benak saja. Orang lain tidak dapat mengakses ide berlian tersebut. Konsekuensinya, ide tidak akan berkembang atau pihak lain tidak dapat mengimplementasikannya. Begitu juga dengan kemampuan berbahasa Inggris, hal itu penting untuk ‘menjual’ ide-ide berlian pada bangsa lain sehingga ide tersebut dapat diimplementasikan ke seluruh penjuru. Apalagi, bila dua kemampuan tersebut digabung sehingga seseorang mampu menulis ide dalam bahasa Inggris dan mengkomunikasikan juga dalam bahasa Inggris maka dunia seolah ada di genggaman tangannya.

Persoalan yang relevan dengan kemampuan menulis dan kelancaran berbicara dalam bahasa Inggris yaitu adanya perasaan tidak mampu. Ironisnya, mahasiswa jaman sekarang justru pandai menulis SMS, curhat di twitter, facebook, dan media elektronik lainnya. Bahkan kalimat-kalimat yang ditulisnya sering menggunakan istilah-istilah bahasa Inggris. Ketika para mahasiswa diminta untuk menulis essai atau meringkas suatu artikel yang tertulis dalam bahasa Inggris sebagai salah satu tugas mata kuliah, maka hasilnya adalah mencengangkan. Mengapa? Pada umumnya tulisan essai mahasiswa adalah ‘copas’ atau copy paste yaitu menjiplak persis tulisan pada internet tanpa menuliskan sumbernya. Selanjutnya tentang tugas meringkas artikel bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, hasilnya justru menggelikan. Sebagai contoh, Mr. Smith White akan diterjemahkan sebagai Bapak Smith Putih.

Mengapa mahasiswa tidak mampu menulis essai dengan baik? Mengapa kemampuan mahasiswa Indonesia dalam bahasa Inggris buruk? Sudah banyak artikel dan penelitian yang membahas tentang persoalan tersebut. Tulisan ini lebih mengutamakan tentang strategi untuk mengatasi kurang mampunya mahasiswa dalam menulis dan bercakap-cakap dalam bahasa Inggris, terutama di lingkungan Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Harapannya, mahasiswa UP45 dapat go international.  

MEWUJUDKAN MASA DEPAN YANG LEBIH BAIK

Kesuksesan Rudhi Sujarwo di dunia perfileman (Foto : Elisa)

Untuk menjadi orang yang sukses seperti foto disamping?…., kalimat ini lebih banyak gampang dibaca daripada dimengerti apalagi untuk dipraktekan. Namun dari kalimat tersebut saya teringat nasihat orang yang bijak yang pernah saya kenal. Dia berkata “mas untuk menjadi orang sukses, manusia itu perlu mempunyai tiga kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual”. Meskipun  waktu  itu saya tidak memahami apa yang dikatakannya  dan setengah tidak percaya, karena berita maupun biografi dari beberapa orang yang terkenal sukses dalam hidup dan profesinya jarang sekali ada keterangan bahwa orang tersebut memiliki tiga kecerdasan tersebut.

Seiring dengan berjalannya waktu tuntutan menjadi orang yang sukses dan mapan dalam menjalani kehidupan ini, dimana kita bisa belajar banyak hal dengan akses yang luar bisaa banyak menjadi obsesi yang demikian besar seingga mendorong manusia untuk bisa melakukan apa saja agar mencapai status tersebut. Tuntutan dan melihat kemapanan orang lain , menjadikan  manusia untuk mencapa I hal tersebut kadang-kadang menghalalkan segala cara sehingga kalau perlu mengorbankan orang lain dalam mencapai. Ada istilah yang popular dan sering menjadi bahan bercanda dinatara saya dan teman-teman, yaitu kalau orang miskin berpikir hari ini makan apa, sedang orang kaya berpikir sekarang makan siapa.